SUMMER COURSE IN MEDICAL PHYSICS 2025

We kindly inform you that the Department of Physics, the Faculty of Sciences and Mathematics (FSM), Diponegoro University (UNDIP), hosts the Summer Course in Medical Physics 2025 “IndoQCT for CT Image Quality Measurements”. From August 12 to 21, 2025, the Summer Course is a seven-day ONLINE activity that will expose participants to knowledge and skills in computed tomography image quality measurements using IndoQCT software (https://fsm.undip.ac.id/en/summer-course-in-medical-physics-3/)

Who can apply?

International, National Students, and Researchers/Academia are welcome to join the course by filling out this form: https://bit.ly/medphys2025. Fourteen topics will be presented by speakers from Diponegoro University and its International University Partners. On each day, two sessions, each lasting 100 minutes, are scheduled. During the course, International students will receive 6 months of access to IndoQCT software; meanwhile, National students and Researchers/Academia will receive 2 months of access to the software.

What is new?

This year, we will focus more on software trials and case problems, adding more minutes to practice sessions while still providing the background theory, as outlined in the module course. We hope that this course will be more interactive and provide practical insights for students, researchers, and practitioners working with CT Scans.

Hope to see you on August 12.

TOP SCHOLARS BY EXPERTISE (CT SCAN) 2024

ScholarGPS announced Top Scholar by Expertise, including CT Scan, 2024. Please found the list: https://scholargps.com/top-scholars?ranking_duration=LAST_5_YEARS&specialty=CT+scan&p=5&e_ref=8f6f03b9753eb1d22bc5#99.

PELAKSANAAN WORKSHOP PENGENALAN INDOQCT

Workshop pengenalan IndoQCT di laksanakan pada Sabtu 19 April 2025 di Hotel Fame, Serpong, Tangerang, Indonesia. Workshop dilaksanakan dari jam 08.00-19.00. Pemateri workshop adalah Dr. Choirul Anam dan Ariij Naufal, M.Si. Peserta workhop adalah praktisi di rumah sakit, baik dari kalangan Fisikawan Medis, Radiografer, Dokter Radiologi, dan mahasiswa.

SEMINAR REBON UGM

SEMINAR REBON UGM: TEKNIK BARU PENGUKURAN DETECTABILITY INDEX PADA CITRA MEDIS

 

Seminar Rebon kali ini akan diisi oleh pemateri Dr. Choirul Anam, S.Si., M.Si., F.Med. Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro.
Seminar Rebon ini akan membahas topik yang menarik tentang Fisika Citra Medis yaitu:

“TEKNIK BARU PENGUKURAN DETECTABILITY INDEX PADA CITRA MEDIS”

Seminar Rebon akan dilaksanakan secara Daring
Rabu, 30 April 2025
Zoom Meeting : ugm.id/SeminarRebon

Citra medis bukan untuk sekedar menampilkan citra yang indah tentang kondisi internal tubuh. Citra medis dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan atau penyakit di dalam tubuh, sehingga dengan deteksi tersebut terapi dapat dilakukan dengan tepat dan efisien. Dengan demikian, citra medis tidak cukup hanya dikarakterisasi secara fisika dengan berbagai parameter seperti resolusi spasial (dengan modulation transfer function (MTF), noise level (dengan noise-power spectrum (NPS), signal-to-noise ratio (SNR), contrast-to-noise ratio (CNR), atau beberapa parameter fisis lainnya. Berbagai parameter fisis ini memang sangat penting digunakan pada program quality control (QC), atau pada uji kesesuaian (UK), dan lainnya untuk menetukan kehandalam suatu sistem pencitraan. Namun, berbagai parameter fisis tersebut tidak berhubungan secara langsung dengan keakuratan deteksi penyakit. Parameter yang berhubungan langsung dengan deteksi suatu penyakit adalah detectability index (d-prime). Untuk menentukan detectability index, diperlukan tiga hal penting. Pertama, fantom yang mewakili kondisi penyakit tertentu. Kedua, pemindaian untuk suatu protocol tertentu dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga nilai detectability index meyakinkan secara statistik. Ketiga, penilaian oleh tenaga medis (human observer) yang relevan (seperti dokter radiologi) terhadap citra fantom yang telah diperoleh. Penilian dokter dianalisis menggunakan kurva receiver operating receiver (ROC) atau teknik alternative forced choice (AFC). Tentu saja, kita tidak bisa mengulangi scan pada pasien guna memvariasi input parameter. Menyadari bahwa penilaian oleh human observer ini membutuhkan waktu yang lama dan cukup melelahkan, sehingga dikembangkan teknik baru yang disebut model observer. Ada banyak model yang telah dikembangkan, seperti non-prewhitening matching filter (NPW), NPW dengan eye filter (NPWE), channelized-hotelling observer (CHO) dengan berbagai filter (seperti Gabor, Difference of Gaussian (DoG), Laguerre-Gaus (LG), dan lainnya). Berbagai model observer tersebut terbukti memiliki hasil mirip dengan hasil bacaan human observer. Namun, model observer ini, masih membutuhkan fantom khusus dan pemindaian yang banyak. Saat ini, telah diusulkan suatu konsep untuk mendapatkan detectability index hanya dengan fantom sederhana dan pemindaian yang tidak banyak. Dalam hal ini, detectability index dihitung menggunakan parameter fisika yang sudah dikenal sebelumnya, seperti noise power spectrum (NPS) dan MTF (atau task transfer function (TTF)), dengan suatu model tertentu. Presentasi ini akan mambahas secara ringkas teknik untuk mengukur detectability index dari konsep awal hingga teknik terbaru.

Jangan sampai ketinggalan ya!
#seminarrebon

PELATIHAN INDOQCT

Pelatihan IndoQCT untuk mengukur kualitas citra CT secara otomatis.

Hari: Sabtu-Minggu

Tanggal: 22-23 Februari 2025

Tempat: TC UNDIP

Kontak: Mbak Helly (0856-4126-8687)